Di awal 20 tahun usiaku, mungkin bagi
sebagian orang belum pantas untuk memikirkan berumahtangga, namun bagi sebagian
lainnya awal usia 20 sudah terlalu tua bagi wanita untuk berumahtangga. Namun
aku akan tetap pada pendirianku, aku tak ingin terlalu muda untuk menyesali
hal-hal buruk yang mungkin terjadi jika terlalu dini memutuskan hal itu, walau
sebenarnya aku sendiri tak tahu siapa yang akan mau memintaku untuk menjadi
bukan sekedar istri, tapi sebagai pendamping hidup yang abadi di awal 20 tahun
usiaku.
Ku akui memang bohong jika aku tak
pernah sedikitpun memikirkan tentang kapan seorang Pangeran berkuda putih
menjemputku untuk menjadi Puteri di hatinya. Aku tak terlalu berharap banyak
tentang bagaimana Pangeran itu, tak berharap parasnya yang teramat tampan, atau
hartanya yang begitu melimpah. Namun yang aku harapkan, Pangeranku kelak dapat
menjaga kehormatanku di depan semua orang, dapat membuatku dihargai dan
disayangi, dan tentunya seseorang yang dapat menjadi penuntunku ke jalan
Syurga.
Bukan dia yang menghinakanku di
depannya ataupun di depan orang lain. Bukan dia yang hanya mengedepankan
nafsunya untuk memilikiku, menjadikanku mainannnya saja, menjadikanku budaknya
tanpa pernah memikirkan perasaanku. Bukan pula dia yang membuatku menjadi
wanita yang egois, dan bukan dia yang tak bisa membawaku kepada kebaikan.
Habibie (kekasih) Pangeranku,
kutunggu engkau datang menjemputku dengan gagah menunggangi kuda putihmu. Untuk
engkau yang kuharapkan kelak menjadi Habibieku, kutuliskan surat ini untukmu.
Surat
untuk Habibie
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Apa kabar Bie?
Semoga engkau selalu dalam lindungan Allah
SWT.
Bie,
Tahukah engkau jika setiap malamku selalu
teringat padamu. Padamu yang telah membuat hatiku penuh sesak berisi
perasaan-perasaan yang hadir untukmu.
Aku tahu mungkin perasaan ini tak pantas ku
ungkapkan saat ini, tapi sesungguhnya aku mengharapkan engkau merasakan
perasaan yang sama denganku. Perasaan yang muncul sejak saat itu. Saat aku
tersadar bahwa mungkin engkaulah kekasih pilihan Allah untukku.
Bie,
Tahukah engkau saat aku menulis ini untukmu, ku tanggalkan nafsu
duniaku, ku tanggalkan keegoisanku untuk sekedar memilikimu. Aku tak sampai
hati merebutmu yang mungkin belum Allah ijinkan untuk bersamaku. Aku mencoba
setia pada kehendak Nya untuk menunggu suatu hari nanti engkau datang untuk
meminangku. Engkau datang pada orangtuaku untuk menjadi Syurgaku setelah mereka.
Aku akan berjanji untuk selalu menurutimu. Aku berjanji akan menjadi istri yang
baik, istri yang diridhai Allah. Aku berjanji akan menjadi ibu yang baik bagi
anak-anak kita kelak. Aku berjanji akan menjadi sahabat yang baik saat engkau
mendapatkan masalah. Aku juga berjanji menjadi tempat terbaik unukmu meluapkan segala
curahan hatimu yang sedang risau.
Bie,
Aku ingin engkau tahu, mungkin cintaku
padamu tak sebesar cinta kedua orangtuamu padamu. Tapi aku berjanji akan setia
menerima semua kelebihan dan kekuranganmu. Aku akan setia di saat suka dan
dukamu. Aku akan setia mengingatkanmu saat engkau melakukan kesalahan. Aku akan
setia hingga akhir hayatku mengabdi padamu.
Bie,
Tapi akupun berharap, semoga engkau dapat
menjadi Syurga yang indah untukku. Engkau mampu membimbingku menjadi istri yang
soleha. Engkau yang setia padaku. Engkau yang menerima saat aku melakukan
kesalahan dan engkau mampu membuatku memperbaiki kesalahanku. Engkau yang
menerima saat aku tak mampu berdiri untuk memperbaiki kancing bajumu yang
copot. Engkau yang menerima saat aku tak mampu berjalan untuk menyiapkan
makanan untukmu dan saat aku tak mampu memandikan anak-anak kita kelak.
Bie, Ini permintaanku yang terakhir.
Aku ingin disaat senja kita kelak, kita
dapat menikmati saat-saat terakhir kita dengan bercengkrama bersama. Dan aku
ingin engkau tak pernah lupa mengecup keningku sebelum aku tidur dan kita
terlelap dalam buaian mimpi yang indah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Untukmu calon Syurgaku
Semoga engkau membaca
surat cinta ini.