Jumat, 18 Januari 2013

Habibie & Ainun


Habibie & Ainun adalah film yang disutradari oleh Faozan Rizal, yang dirilis serentak di bioskop bioskop di Indonesia pada tanggal 20 Desember 2012. Namun saya sendiri baru sempat nonton film ini tanggal 24 Desember 2012 lalu. Walaupun film sudah beredah selama 4 hari, namum antrian tiket tetap panjang.

Habibi & Ainun, bercerita tentang kisah cinta dan perjalanan hidup yang dialami oleh presiden ke 3 Republik indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie dengan alm. Hasri Ainun Habibie.
Film ini diangkat dari novel karya BJ Habibie dengan judul yang sama. Awalnya Novel ini adalah terapi untuk pak Habibie atas meninggalnya ibu Ainun. Habibie begitu terpukul atas meninggalnya Ainun.

Fokus utama film ini menceritakan bagaimana Habibie bertemu dengan Ainun dan akhirnya mengarungi pernikahan selama 48 tahun 10 hari.

Film diawali dengan setting tahun 50 an, digambarkan Ainun adalah gadis muda yang manis, cantik aktif di kegiatan olah raga, dan pintar. Ia dapat menjelaskan secara ilmiah mengapa langit berwarna biru. Di sekolah itupun ada murid laki laki yang pintar bernama Rudi (panggilan untuk Habibie dari orang-orang terdekatnya). Karena mereka sama sama pintar, guru dan teman teman sering menjodoh jodoh kan. Karena sering di-ceng-in sama teman temannya Rudi merasa jengah, dan suatu hari Rudi mendatangi Ainun dan mengatakan “Kamu jelek, hitam dan gendut”. Namun Ainun hanya tersenyum dan tidak marah. Setelah lulus sma, Habibie melanjutkan pendidikannya ke German, dan menjadi mahasiswa muda yang berprestasi.

Pada tahun 1962, Habibie (Reza Rahardian) pulang ke Indonesia karena dia sakit. Di hari terakhir di bulan Ramadhan, Habibie disuruh oleh sang ibu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo (diperankan Ratna Riantiarno) untuk berkunjung ke rumah keluarga Besari. Keluarga Besari adalah kerabat dekat keluarga Habibie. Di rumah keluarga Besari ia bertemu dengan Ainun (Bunga Citra Lestari) yang sedang menjahit Mereka sudah tidak bertemu sejak SMA,sekitar selama 7 tahun. Habibie terpana karena Ainun, yang dulu ia bilang jelek, hitam dan gendut, berubah menjadi gadis yang sangat cantik. “Gula jawa sudah berubah menjadi gula pasir.” gumam Habibie. Semacam cinta pada pandangan pertama.

Ainun sudah menjadi dokter, dan banyak sekali pria yang ingin mendekatinya. Mayoritas dari orang berada, punya mobil. Sedangkan Habibie datang menjemput Ainun menggunakan becak. Namun Ainun memilih Habibie. Merekapun akhirnya menikah, dan tinggal di German. Adegan saat Habibie melamar Ainun lah yang menjadi salah satu adegan favorit saya, yaitu Habibie melamar Ainun di atas becak, tanpa candle light ataupun restoran mewah, hanya beberapa kata yang menunjukkan niat dan ketulusan hati Habibie untuk Ainun.

Sebagai pasangan muda yang tinggal di negeri orang, bukan hal yang mudah bagi mereka. Habibie saat itu masih menyelesaikan S3 nya. Ainun yang seorang dokter, tetapi ia tidak bisa mengimplementasikan ilmu yang dimilikinya karena ia sedang hamil. Kondisi mereka pas pasan untuk tinggal di German. Ada saat saat dimana Ainun hampir menyerah dan ingin pulang ke Indonesia, namun Habibie mampu menyemangati Ainun untuk tetap tegar. Akhirnya Habibie menyelesaikan S3 nya dengan gelar Doktor Ingeneur dengan predikat Suma Cum Laude pada tahun 1965, dan pada tahun 1973 atas permintaan presiden Soeharto, Habibie pulang ke Indonesia untuk membangun Indonesia. 

Salah satu impiannya adalah membuat pesawat sendiri untuk mengembangkan Industri Strategis, mengubungkan antar pulau di Indonesia. Dan impian itu terwujud saat pesawat n250 berhasil diterbangkan pada tahun 1995.

Habibie pun menghadapi era sogok menyogok dari pelaku bisnis yang ingin menang tender, sampai masa nya ia menjadi wakil presiden, dan menjadi presiden Republik Indonesia ke 3. Ainun selalu berada di belakang Habibie untuk mensupport. Ainun paling mengkhawatirkan kesehatan Habibie dan ia selalu memastikan Habibie meminum obat dan istirahat cukup.

Saat keruntuhan ekonomi, IPTN dan tidak lagi mencalonkan diri menjadi presiden, Habibie nampak sedih. karena ia banyak berkorban secara waktu. Tidak berkumpul dengan keluarga, istri dan anak-anak. Ada satu scene yang mikin merinding haru dan menitikkan air mata, yaitu suatu hari di sebuah hanggar tua dalam kawasan IPTN, Bandung, saya kira tahun 2000-an Habibie (Reza Rahadian) bersama istrinya Ainun (Bunga Citra Lestari) menyempatkan diri singgah. Mantan Presiden RI ini menunjukkan sebuah pesawat yang berdebu Gatotkaca N250. Sambil menangis Habibie berkata: Untuk membangun pesawat itu saya kehilangan waktu 30 tahun bersama kamu dan anak-anak. Sungguh begitu besar pengorbanan Bapak BJ Habibie untuk Indonesia.

Habibie menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi dari tahun 1978-1998, dan menjadi presiden 1998-1999. Semua waktu yang dikorbankan terasa seperti sia sia. Namun Ainun tetap tersenyum dan memberi dukungan bagi Habibie.

Saat tidak menjabat sebagai presiden, adalah waktunya bagi Habibie menikmati jalan-jalan dan honeymoon dengan Ainun. Hingga Ainun didiagnosa Kanker Ovarium dan harus menjalani perawatan di German. Selama menjalani pengobatan di rumah sakit, Habibie selalu berada di sisi Ainun dan selalu sholat bersama. 

Walaupun pada kondisi sakit parah, yang paling dikhawatirkan Ainun adalah Habibie... apakah suaminya sudah minum obat.. apakah ia sudah istirahat. Habibie terus berada disisi Ainun hingga ia wafat pada tanggal 22 Mei 2010 pada usia 72 tahun, dan dimakamkan di taman makam pahlawan Kalibata pada 25 Mei 2010.

Film ini berdurasi 118 menit cukup lama untuk ukuran film Indonesia. Tapi tidak begitu terasa.. Yang harus diberikan acungan jempol adalah pemeran utama laki-laki pada film ini. Reza Rahardian yang luar biasa penghayatannya dalam film ini.  Dia bagus sekali menghidupkan karakter Habibie, dimana rakyat Indonesia pasti tahu bagaimana Habibie bertutur, gesture tubuhnya.. Dan semuanya ditampilkan oleh Reza dengan baik. Bahkan tone suara nya pun bisa sama. Di akhir film dibacakan puisi untuk Ainun yang dibuat oleh Habibie.

Riset yang dilakukan Reza pasti gila-gilaan dan latihan untuk membuat mimik muka, intonasi suara dan gerak tubuh pasti susah sekali untuk dipelajari,salut lah buat Reza. Kalau dapet piala citra sebagai aktor terbaik lagi, memang dia pantas.. 

Sedangkan untuk Bunga Citra Lestari sebagai Ainun gak bisa dibilang jelek, tapi menurut saya masih kurang megang. Menurut saya ada hal-hal yang cukup mengganggu di Film ini, yaitu terlalu terangnya iklan-iklan produk makanan sampai kosmetik yang sepertinya belum ada di era 90an. Tapi di luar itu semua, film ini begitu menyentuh dan menggambarkan betapa Habibie mencintai Ainun sampai kapanpun.

Satu lagi kekurangan dalam film ini, saat Habibie dan Ainun berusia 70an make up Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari yang memerankan Habibie dan Ainun di masa tua kurang memberikan karakter,. Jadi make upnya kurang dapet. But over all film in memberi inspirasi buat siapa aja yang nonton.
 Ini dia sebuah puisi dari Habibie untuk Ainun yang sukses membuat air mata ini mengalir :'(


Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang. Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada. Aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
B.J. Habibie untuk Ainun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar