Habibie & Ainun adalah film yang
disutradari oleh Faozan Rizal, yang dirilis serentak di bioskop bioskop di
Indonesia pada tanggal 20 Desember 2012. Namun saya sendiri baru sempat nonton
film ini tanggal 24 Desember 2012 lalu. Walaupun film sudah beredah selama 4
hari, namum antrian tiket tetap panjang.
Habibi & Ainun, bercerita
tentang kisah cinta dan perjalanan hidup yang dialami oleh presiden ke 3
Republik indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie dengan alm. Hasri Ainun Habibie.
Film ini diangkat dari novel karya
BJ Habibie dengan judul yang sama. Awalnya Novel ini adalah terapi untuk pak
Habibie atas meninggalnya ibu Ainun. Habibie begitu terpukul atas meninggalnya
Ainun.
Fokus utama film ini menceritakan
bagaimana Habibie bertemu dengan Ainun dan akhirnya mengarungi pernikahan
selama 48 tahun 10 hari.
Film diawali dengan setting tahun 50
an, digambarkan Ainun adalah gadis muda yang manis, cantik aktif di kegiatan
olah raga, dan pintar. Ia dapat menjelaskan secara ilmiah mengapa langit
berwarna biru. Di sekolah itupun ada murid laki laki yang pintar bernama
Rudi (panggilan untuk Habibie dari orang-orang terdekatnya). Karena mereka sama
sama pintar, guru dan teman teman sering menjodoh jodoh kan. Karena sering
di-ceng-in sama teman temannya Rudi merasa jengah, dan suatu hari Rudi
mendatangi Ainun dan mengatakan “Kamu jelek, hitam dan gendut”. Namun Ainun
hanya tersenyum dan tidak marah. Setelah lulus sma, Habibie melanjutkan
pendidikannya ke German, dan menjadi mahasiswa muda yang berprestasi.
Pada tahun 1962, Habibie (Reza
Rahardian) pulang ke Indonesia karena dia sakit. Di hari terakhir di bulan
Ramadhan, Habibie disuruh oleh sang ibu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo
(diperankan Ratna Riantiarno) untuk berkunjung ke rumah keluarga Besari.
Keluarga Besari adalah kerabat dekat keluarga Habibie. Di rumah keluarga Besari
ia bertemu dengan Ainun (Bunga Citra Lestari) yang sedang menjahit Mereka
sudah tidak bertemu sejak SMA,sekitar selama 7 tahun. Habibie terpana karena
Ainun, yang dulu ia bilang jelek, hitam dan gendut, berubah menjadi gadis yang
sangat cantik. “Gula jawa sudah berubah menjadi gula pasir.” gumam
Habibie. Semacam cinta pada pandangan pertama.
Ainun sudah menjadi dokter, dan
banyak sekali pria yang ingin mendekatinya. Mayoritas dari orang berada, punya
mobil. Sedangkan Habibie datang menjemput Ainun menggunakan becak. Namun Ainun
memilih Habibie. Merekapun akhirnya menikah, dan tinggal di German. Adegan
saat Habibie melamar Ainun lah yang menjadi salah satu adegan favorit saya,
yaitu Habibie melamar Ainun di atas becak, tanpa candle light ataupun restoran
mewah, hanya beberapa kata yang menunjukkan niat dan ketulusan hati Habibie
untuk Ainun.
Sebagai pasangan muda yang tinggal
di negeri orang, bukan hal yang mudah bagi mereka. Habibie saat itu masih
menyelesaikan S3 nya. Ainun yang seorang dokter, tetapi ia tidak bisa
mengimplementasikan ilmu yang dimilikinya karena ia sedang hamil. Kondisi
mereka pas pasan untuk tinggal di German. Ada saat saat dimana Ainun hampir
menyerah dan ingin pulang ke Indonesia, namun Habibie mampu menyemangati Ainun
untuk tetap tegar. Akhirnya Habibie menyelesaikan S3 nya dengan gelar Doktor
Ingeneur dengan predikat Suma Cum Laude pada tahun 1965, dan pada tahun 1973
atas permintaan presiden Soeharto, Habibie pulang ke Indonesia untuk membangun
Indonesia.
Salah satu impiannya adalah membuat
pesawat sendiri untuk mengembangkan Industri Strategis, mengubungkan antar
pulau di Indonesia. Dan impian itu terwujud saat pesawat n250 berhasil
diterbangkan pada tahun 1995.
Habibie pun menghadapi era sogok
menyogok dari pelaku bisnis yang ingin menang tender, sampai masa nya ia
menjadi wakil presiden, dan menjadi presiden Republik Indonesia ke 3. Ainun
selalu berada di belakang Habibie untuk mensupport. Ainun paling
mengkhawatirkan kesehatan Habibie dan ia selalu memastikan Habibie meminum obat
dan istirahat cukup.
Saat keruntuhan ekonomi, IPTN dan
tidak lagi mencalonkan diri menjadi presiden, Habibie nampak sedih. karena ia
banyak berkorban secara waktu. Tidak berkumpul dengan keluarga, istri dan
anak-anak. Ada
satu scene yang mikin merinding haru dan menitikkan air mata, yaitu suatu hari
di sebuah hanggar tua dalam kawasan IPTN, Bandung, saya kira tahun 2000-an
Habibie (Reza Rahadian) bersama istrinya Ainun (Bunga Citra Lestari)
menyempatkan diri singgah. Mantan Presiden RI ini menunjukkan sebuah pesawat
yang berdebu Gatotkaca N250. Sambil menangis Habibie berkata: Untuk membangun
pesawat itu saya kehilangan waktu 30 tahun bersama kamu dan anak-anak. Sungguh
begitu besar pengorbanan Bapak BJ Habibie untuk Indonesia.
Habibie menjabat sebagai Menteri
Riset dan Teknologi dari tahun 1978-1998, dan menjadi presiden 1998-1999. Semua
waktu yang dikorbankan terasa seperti sia sia. Namun Ainun tetap tersenyum dan
memberi dukungan bagi Habibie.
Saat tidak menjabat sebagai
presiden, adalah waktunya bagi Habibie menikmati jalan-jalan dan honeymoon
dengan Ainun. Hingga Ainun didiagnosa Kanker Ovarium dan harus menjalani
perawatan di German. Selama menjalani pengobatan di rumah sakit, Habibie selalu
berada di sisi Ainun dan selalu sholat bersama.
Walaupun pada kondisi sakit parah,
yang paling dikhawatirkan Ainun adalah Habibie... apakah suaminya sudah minum obat..
apakah ia sudah istirahat. Habibie terus berada disisi Ainun hingga ia wafat
pada tanggal 22 Mei 2010 pada usia 72 tahun, dan dimakamkan di taman makam
pahlawan Kalibata pada 25 Mei 2010.
Film ini berdurasi 118 menit cukup
lama untuk ukuran film Indonesia. Tapi tidak begitu terasa.. Yang harus
diberikan acungan jempol adalah pemeran utama laki-laki pada film ini. Reza
Rahardian yang luar biasa penghayatannya dalam film ini. Dia bagus sekali menghidupkan karakter
Habibie, dimana rakyat Indonesia pasti tahu bagaimana Habibie bertutur, gesture
tubuhnya.. Dan semuanya ditampilkan oleh Reza dengan baik. Bahkan tone suara
nya pun bisa sama. Di akhir film dibacakan puisi untuk Ainun yang dibuat oleh
Habibie.
Riset yang dilakukan Reza pasti
gila-gilaan dan latihan untuk membuat mimik muka, intonasi suara dan gerak
tubuh pasti susah sekali untuk dipelajari,salut lah buat Reza. Kalau dapet
piala citra sebagai aktor terbaik lagi, memang dia pantas..
Sedangkan untuk Bunga Citra Lestari
sebagai Ainun gak bisa dibilang jelek, tapi menurut saya masih kurang megang.
Menurut saya ada hal-hal yang cukup mengganggu di Film ini, yaitu terlalu
terangnya iklan-iklan produk makanan sampai kosmetik yang sepertinya belum ada
di era 90an. Tapi di luar itu semua, film ini begitu menyentuh dan
menggambarkan betapa Habibie mencintai Ainun sampai kapanpun.
Satu lagi kekurangan dalam film ini,
saat Habibie dan Ainun berusia 70an make up Reza Rahardian dan Bunga Citra
Lestari yang memerankan Habibie dan Ainun di masa tua kurang memberikan
karakter,. Jadi make upnya kurang dapet. But over all film in memberi inspirasi
buat siapa aja yang nonton.
Ini dia sebuah puisi dari Habibie untuk Ainun yang sukses membuat air mata ini mengalir :'(
Ini dia sebuah puisi dari Habibie untuk Ainun yang sukses membuat air mata ini mengalir :'(
Sebenarnya ini bukan tentang
kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti
menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan
kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak
sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat
memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya
mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di
tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin
yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang. Pada airmata yang jatuh
kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang
telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada. Aku bukan
hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang
baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan
aku kekasih yang baik. Mana mungkin aku setia padahal memang
kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga
aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu
seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
B.J. Habibie untuk AinunSelamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar