Senin, 20 Oktober 2014

Putri

"Will you marry me?" Tanya Aji yang sedari tadi duduk di samping kanan Putri.

Putri nampak syok mendengar ucapan Aji. Setelah 5 tahun mereka berpisah dan tanpa banyak kabar, kini Aji datang untuk mengungkapkan isi hatinya pada Putri.

"Will you marry me, Put?" Tanya Aji sekali lagi dan kali ini sambil berlutut di hadapan Putri.

Putri tak dapat berkata-kata, hanya tetesan air mata yang tiba-tiba mengalir membasahi pipinya. Dia tak menyangka bahwa Aji masih menyimpan perasaan yang sama dengannya. Perasaan tanpa dosa sejak 5 tahun yang lalu sebelum Aji pergi untuk mengejar cita-citanya.

"Putri, lihat aku." Ucap Aji sambil mengangkat dagu Putri yang terus menunduk

"Apa kamu serius Ji?" Tanya Putri dengan nada bergetar

"Ya, tentu saja aku serius,Put." Jawab Aji dengan mantap

Putri menghela nafasnya, "Kenapa sekarang? Kenapa baru sekarang kau tanyakan hal itu padaku," Tanya Putri dengan derai air mata yang semakin deras.

Aji tertunduk lesu.

"Aku takut." Hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Aji

"Takut? Apa yang kamu takutkan? sedangkankan kamu menghilang selama bertahun-tahun, tidakkah ada ketakutan dalam dirimu akan aku yang melupakanmu? Atau kamu takut aku tidak lagi mencintaimu?" Tanya Putri mendesak Aji.

"Ya, aku takut kamu tidak mencintaiku lagi. 5 tahun yang lalu aku tak punya apa-apa. 5 tahun yang lalu aku bukanlah siapa-siapa. Sekarang aku sudah memiliki segalanya untuk kamu. Maukah kamu menjadi pendampingku, Put?"

"Kamu salah, Ji. Sebelum hari ini, aku masih sangat mencintaimu, mencintaimu seperti kamu mencintaiku." Terang Putri.

"Lalu bagaimana dengan hari ini?" Tanya Aji penasaran.

"Aji, tepat seminggu yang lalu datang seorang laki-laki pemberani ke rumah orangtuaku. Dia bukanlah seorang yang kaya raya, dia juga tak bergelimang harta. Dia hanya memiliki cinta dan tanggung jawab yang besar kepadaku." Terang Putri

"Dia melamarmu?" Tanya Aji memotong pembicaraan Putri

"Ya, dia melamarku dan orangtuaku telah menerimanya." Jawab Putri dengan bercucuran air mata.

"Maafkan aku Putri, aku telah salah memintamu datang ke sini." Ucap Aji lesu

"Aku yang minta maaf padamu, Aji. selama ini akulah yang berfikir bahwa aku cinta sendiri kepadamu, aku tak pernah berani meminta kepastianmu. Aku sungguh mencintaimu tapi..." Belum sempat Putri menyelesaikan kata-katanya, Aji lebih dulu mendekap tubuh mungil Putri.

"Andai saja selama 5 tahun ini aku tak benar-benar menghilang darimu, andai saja aku tau kau pasti menungguku." Sesal Aji

"Sudahlah, Ji. Semua telah ditakdirkan Tuhan seperti ini. Mungkin aku bukanlah yang terbaik untukmu. Tolong lepaskan dekapanmu, aku tak mau menyakiti calon suamiku. Maafkan aku." Pinta Putri

"Maaf Put." Ucap Aji sambil melepaskan pelukannya.

"Kedatanganku ke sini bukan semata-mata untuk menemuimu. Aku ke sini untuk memberikan ini." Ucap Putri sambil menyodorkan undangan pernikahannya.

"Oh, terimakasih undangannya, aku harap aku mampu untuk menyaksikan Putriku direbut lelaki lain."

"Sekarang aku bukan Putrimu lagi, Ji. Datanglah, aku sangat mengharapkan kedatanganmu." Ucap Putri

"Jangan terlalu berharap akan kedatanganku, bisa saja aku datang untuk membawamu lari." Gurau Aji.

"Kalau begitu, aku menunggumu untuk membawaku lari." Sahut Putri.

"Bisa saja kamu ini. Sudah, pulanglah sekarang, aku takut calon suamimu mencarimu dan aku tak ingin dia tau kalau kamu menemuiku."

"Ya, maafkan aku. Terimakasih untuk pelukanmu hari ini, aku akan selalu mengingat hangatmu sebelum tergantikan oleh hangat yang lain." Ucap Putri

"Tak perlu meminta maaf terus menerus. Aku sudah memaafkanmu. Pergilah sebelum aku membawamu lari." Gurau Aji

"Terimakasih, sampai jumpa."

Putri meninggalkan Aji yang kini duduk termenung. Mungkin sesal masih membayanginya.


23/3/14

Senin, 13 Oktober 2014

Ilalang Senja



Hai, apa kabar kamu?
Senjaku yang telah memudar
Adakah kamu masih menungguku di ujung Barat
Atau kau telah beredar mencari persinggahan yang baru?
Aku harap kau telah menemukan
Penikmatmu yang lain.


Bukan,
Bukan aku tak lagi suka padamu
Bukan pula aku tak mau bertemu denganmu
Tapi perlu kau tau,
Ilalang akan tumbuh subur
di pekarangan yang tak pernah kau sambangi lagi


Kau tau?
Akulah salah satu penyuka bunga ilalang
dan kau tau?
Bunga ilalang tumbuh lebat di pekarangan hatiku
Kini bunganya semakin indah


Senja,
Maafkan aku jika hati ini tak lagi terpaut padamu
Sekali lagi
Bukan aku tak suka lagi padamu
Tapi ilalang menarikku lebih dalam menikmati bunganya

Jumat, 04 April 2014

AKU

Sebuah karya yang kupersembahkan untuk seseorang



Ada mata yang mencari binar
Ada hati yang mengharap cinta
Ada tangan yang menunggu balasan genggam
Ada telinga yang siap mendengar
  mendengar bisikan busuk sekalipun

Ketahuilah,
Mata itu adalah aku
Hati itu adalah aku
Tangan itu adalah aku
dan telinga itu adalah aku

Mataku yang mencari binar matamu
Hatiku yang mengharap cintamu
Tanganku yang menunggu kau genggam
Telingaku yang siap mendengar setiap keluh kesahmu.

Saat kau butuh kehangatan
Datanglah padaku dan aku siap mendekapmu dengan Cinta

Kamis, 27 Maret 2014

Tentang Rindu


Masih tentang rindu
Yang mencumbu semua aroma tubuhmu
Tentang rindu
Yang bergejolak dalam jiwa
Mencari muara dari segala sungai yang mengalirkan rasa

Rindu ini bukan rindu yang biasa
Ini tentang rindu padamu yang semakin jadi
Rindu seorang hina pada rembulan
Yang terang benderang bagai permata
Pada rembulan nun jauh di sana

Rindu ini bukan rindu biasa
Rindu ini tentang hidupku
Yang tak sempurna tanpamu
Karena kau bagai pelangi
Yang mewarnai setiap usai hujanku

Senin, 17 Maret 2014

Photo Stories

Minggu kedua bulan Maret kemarin, ga disangka-sangka kosan Azka kebanjiran sampe masuk ke dalem kamar sekitar sebetis. Ini banjir pertama yang aku, Azka & Ayah Mamanya alami. Tapi beruntung, banjir cuma sebentar dan begitu hujan reda, air surut lagi.

 Selesai banjir, tentu dong Azka ceria lagi. Apalagi abis dibeliin baju baru sama Mamanya, liat ekspresinya girang banget ya.

 Gini deh, kalo Azka lagi makan makanan kesukaannya, coklat dan es krim. Sampe belepotan kalau makanannya belum abis ya belum selesai.

 Yey...!! Azka lagi jalan-jalan bareng Mama, Aunty & Tante Iis di Alun-alun Bandung.

 Ini ekspresi Azka waktu liat gelembung-gelembung sabun yang banyak dijual di Alun-alun. Nggemesin banget deh.

 Yang sering bikin kangen kalo lagi jauh dari Azka tuh ini salah satunya, dia anak yang narsis kalo liat Aunty pegang kamera. Gayanyapun banyak yang konyol tapi lucu.

 Tuh kan, konyol banget pake kacamata Ayahnya yang kegedean sambil pamer gigi jeleknya.

 Foto Azka, Aunty...foto Azka, Aunty!! Kalo udah bisa ngomong jelas, mungkin itu kalimat yang Azka keluarin kalo lagi pegang kacamata.



Look!How cool He is :)

Jumat, 21 Februari 2014

Catatan Semalam

Hallo malam yang terlanjur larut,
Kali ini kau menjeratku lagi
untuk menantikan fajar yang dini

Sejujurnya aku tak keberatan menemanimu
karena kantuk pun belum menyapaku

Mungkin ini efek dari secangkir cafein yang kusesap sore tadi
hingga kantuk pun tak jua mendera
atau ini karena rasa rindu
yang kadung mendalam pada jiwa yang di sana

Oh malam yang terlanjur larut
Tak apalah aku kau ajak turut
Semoga lain waktu kau bisa menolongku
untuk sekedar menyampaikan rasa ini
melalui semilir dingin angin dini yang menusuk raga
melalui hembusan jiwa yang meraba
Jangan lupa, sampaikan pula padanya
bahwa aku menunggunya
di sudut hatiku

21/02/2014 12.09AM

Rabu, 19 Februari 2014

Matamu dan Aroma Hujan

Mungkin hanya beberapa detik saja aku dapat memandang matamu
Namun rasa yang tertinggal begitu mendalam di dasar hatiku

Aku melihat sesuatu yang lain dari matamu
Aku merasakan rasa yang ajaib dari matamu

Ingin kutanyakan padamu
Adakah kau merasakan perasaan yang kurasa saat menatap matamu?
Adakah kau sadari aku menyukai saat kau mencuri pandang padaku?

Tatap matamu
Membuat aku ingin menatapnya lagi dan lagi dan lagi
Dengan mata yang sama
Dengan binar yang sama
Saat kau menatapku di tengah rintik hujan yang menari sore itu

Ah, hujan...
Lagi-lagi dia menjadi aroma penambah cita saat aku bersamamu

Senin, 06 Januari 2014

Apa Kabar Tampan?

Untukmu, Tampan



Apa kabar kau, Tampan?
Lama tak terdengar kabar dirimu
Apa kau baik-baik saja?
Apa harimu menyenangkan?
Aku kira kau akan menjawab, "tentu saja "

Betapa tidak,
Hari-harimu pasti kau lalui dengan orang-orang baru
Dengan orang-orang yang menyenangkanmu
Aku dapat melihatnya
Dari hasilku 'mengintaimu'. *maafkan aku untuk itu

Aku dapat melihat betapa bahagianya kau menjalani hari-hari barumu
Sedangkan aku di sini masih merindukanmu
Satu hal yang selalu ingin ku tanya
Tidakkah kau merindukanku?
Tak kulihat ada sebuah rindu di setiap tulisanmu
Atau kau memang pandai menyembunyikan perasaan

Ah, kau memang selalu pandai membuatku bagai rindu sendiri