Minggu, 22 Desember 2013

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Sabtu, 21 Desember 2013 aku bareng Iis yang emang lagi berlibur ke Bandung, pergi nonton film yang baru 3 hari tayang di bioskop. Dari posternya udah keliatan bakal keren nih film. Apalagi pemainnya ada Herjunot Ali, Pevita Pears sama Reza Rahardian.

Waktu kita sampe di bioskop, loketnya udah anti banget. Setelah sekitar seperempat jam, akhirnya tiket sudah di tangan barengan sama pengumuman dari mba petugas bioskop kalo pintu theaternya udah dibuka.

Kita masuk pas film udah diputer sedikit, mungkin ada 5 menitan. Nonton Herjunot sambil minum Nu Green Tea itu berasa kaya Herjunotarmy deh jadinya, secara dia kan brand ambasadornya Nu Green Tea.

Durasi film yang panjang menurutku ga berasa lama, karena alur ceritanya yang mengalir. Ceritanya berawal dari Zainuddin (Herjunot) yang lahir di Makasar hijrah ke tanah kelahiran orangtuanya di Batipuh, Padang. Di sana dia tinggal di rumah saudaranya. Di sana juga dia ketemu sama Hayati (Pevita) dan mulai jatuh cinta pada pandangan pertama, sampe suatu malam sepulang Zainuddin mengaji, dia ketemu sama Hayati yang lagi kejebak hujan. Hayati dan temannya mengeluh karena tidak bisa pulang, akhirnya Zainuddin yang membawa payung minjemin payungnya ke Hayati. Dan dari situ keduanya mulai dekat dan saling jatuh cinta.

Zainuddin dan Hayati mulai sering berkirim surat, menurut Zainuddin dengan surat kita lebih bebas mengungkapkan perasaan. Sampai suatu hari Paman Hayati mencium hubungan Hayati dan Zainuddin. Zainuddin diusir dari Batipuh dan pergi ke Padang Panjang. Sebelum kepergian Zainuddin, Hayati menemuinya dan ngasih selendangnya sebagai kenang-kenangan untuk Zainuddin.

Saat Zainuddin di Padang Panjang, dia masih sering berkirim surat dengan Hayati. Suatu hari Hayati memberitahu Zainuddin kalau dia akan menonton pacuan kuda di Padang Panjang dan meninap di rumah temannya, Khadijah. Di rumah Khadijah inilah Hayati berkenalan dengan Aziz (Reza Rahardian) kakak dari Khadijah.

Melihat Hayati yang telah dimake over oleh Khadijah, Aziz langsung jatuh cinta. Tak lama setelah Hayati pulang ke Batipuh, Aziz melamar Hayati bersamaan dengan itu, Zainuddin pun melamar Hayati melalui surat. Keadaan ini membuat para ninik-mamak Hayati berkumpul dan bermusyawarah untuk menentukan siapa yang berhak menikahi Hayati.

Para ninik-mamak memutuskan bahwa Azizlah yang berhak menikahi Hayati karena menurut mereka Aziz merupakan orang yang berbangsa dan tentu saja kaya raya. Pernikahan harta dan kecantikanpun terjadi. Mendengar hal itu, Zainuddin jatuh sakit. Sampai suatu hari, dokter menyarankan agar Hayati mau menemui Zainuddin untuk menghilangkan rasa rindu Zainuddin terhadap Hayati.

Hayati menemui Zainuddin dengan ditemani Aziz suaminya. Zainudin terus berkata bahwa dia akan menikahi Hayati, akan mencukupi semua kebutuhan Hayati, sampai Zainuddin tersadar bahwa Hayati telah dinikahi oleh laki-laki lain. Zainuddin pun bangkit, hatinya yang patah membuat dia pergi merantau ke tanah Jawa.

Di Batavia, Zainuddin bekerja keras sampai akhirnya berhasil menjadi penulis yang karya-karyanya mashyur dan diterima di seluruh Nusantara. Melihat kesuksesan Zainuddin, seorang pengusaha percetakan mempercayai Zainuddin untuk mengurus perusahaan percetakan di Surabaya kepada Zainuddin. Karir Zainuddin pun semakin menjulang, membuatnya bergelimang harta.

Suatu hari, Zainuddin mengadakan opera yang sekaligus menjadi acara pertemuan orang-orang Minang yang ada di Surabaya dan bertemulah Zainuddin dengan Hayati bersama Aziz. Pertemuan itu dimanfaatkan Aziz yang telah bangkrut untuk meminjam uang Zainuddin. Begitu mulianya hati Zainuddin, sampai dia bersedia menolong Aziz yang telah merebut Permatanya.

Setelah diusir dari rumahnya karena tak mampu membayar hutang, Aziz memaksa Hayati untuk tinggal di rumah megah Zainuddin. Di sinilah Aziz mulai sadar dari sifat sombongnya. Aziz meminta ijin kepada Zainuddin untuk menitipkan Hayati sembari dirinya merantau mencari pekerjaan. Tapi setelah sebulan merantau dan belum mendapat pekerjaan, Aziz bunuh diri. Tapi sebelumnya, dia mentalak Hayati melalui surat dan melaui surat pula dia menyerahkan Hayati kepada Zainuddin sebagai balasan atas jasa yang telah diberikan Zainuddin.

Hayati yang masih menyimpan cintanya untuk Zainuddin tentu berharap Zainuddin mau menerimanya kembali. Tapi hati Zainuddin kadung dipenuhi dendam, maka dia meminta Hayati untuk kembali ke kampung halamannya. Dengan berat hati pula Hayati memenuhi perintah Zainuddin. Dengan diantar Bang Muluk (Randy Nidji), Hayati menuju Kapal Van Der Wijck yang megah. Hayati sempat berbicara dengan Bang Muluk bahwa sebenarnya dia merasakan perasaan yang tidak enak, perasaan seolah-olah dia akan tenggelam bersama kapal yang akan membawanya, tapi Bang Muluk hanya bisa menenangkan Hayati.

Kapal Van Der Wijck mulai oleng, para penumpang berlari-larian di dalam kapal, dan Hayati yang sedang termenung ikut keluar menuju dek kapal. Kapal semakin oleng dan kemudian tenggelam. Hayati ikut tenggelam sambil memegang foto Zainuddin.

Di lain tempat, Zainuddin merasakan cintanya pada Hayati tidak bisa didustakan, dia berusaha mengejar Hayati, namun saat membaca koran, betapa terkejutnya Zainuddin mendapati berita tentang tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, kapal yang membawa permatanya. Seketika itu juga, ditemani Bang Muluk, Zainuddin menemui Hayati yang sudah berada di Rumah Sakit. Di sini akting Herjunot bener-bener keren, dia nangis bener-bener nangis. Saat Zainuddin membisikkan dua kalimat suci di telinga Hayati, akhirnya Hayati menghembuskan nafas terakhirnya. Rumah megah Zainuddin kemudian dijadikan Panti Asuhan yang dia beri nama Hayati.

Yah, secara keseluruhan, film ini keren dan menarik. Durasinya yang panjang, hampir 3 jam ga kerasa ngebosenin karena ceritanya bener-bener ngalir. Menurutku, yang jadi minus ya cuma di adegan kapal tenggelam, di situ ga terlalu jelas kenapa kapal tenggelam atau mungkin akunya yang kurang konsen waktu nonton. Akting Pevita keren banget dengan logat Minangnya. Kalo Herjunot, ga tau emang dari tuntutan sutradara untuk berbicara dengan gaya yang mendayu-dayu atau karena hal lain, agak sedikit aneh tapi ketutup sama ceritanya yang emang keren banget.

Emang beredar gosip kalo film ini bakal mirip sama film Titanic, tapi kalo yang udah nonton pasti bakal bilang kalo film ini beda. Beda karena setting yang banyak diambil di film ini seting tanah Minang. Makanya yang belum nonton, nonton gih, mumpung masih tayang di Bioskop. :)

Kamis, 12 Desember 2013

Wilujeng Sumping : Garut



Holla December…!
Kali ini aku mau berbagi pengalam pertama menginjakkan kaki di tanah Garut. Minggu kemarin dengan persiapan yang udah dari jauh-jauh hari, aku, Azka & his Mom berangkat ke Garut barengan Ibu-Ibu RT Komplek PU Sapta Taruna Cipagalo. FYI, acara ini emang agenda rutin ibu-ibu di RT 01 Komplek sini. Walaupun acara kali ini  acara pertama setelah vakum lima tahun.
Oke, ga panjang-panjang jelasin sejarah acara ini, yang dikasih judul Rekreasi RT 01 RW 08 Komplek PU Sapta Taruna Cipagalo. Jam 06.30 seperti dalam jadwal, warga yang berpartisipasi diminta ambil nomor kursi, di sini bebas milih. Karena aku sama Azka datengnya sedikit telat, jadilah kami kebagian tempat duduk yang kurang nyaman, di bagian belakang. 


Jam 07.00 bus berangkat langsung menuju tujuan pertama, Candi Cangkuang. Perjalanan memakan waktu sekitar satu setengah jam. Sampai di pintu masuk obwis Candi Cangkuang banyak yang nyariin Candinya ada dimana, dan ternyata kami harus menyebrang sebuah danau kecil untuk sampai di sebuah Pulau tempat Candi Cangkuang dan komplek Rumah adat Kampung Pulo yang jumlahnya Cuma ada tujuh bangunan ga boleh lebih ga kurang.
Tiket masuk Cuma 3000 rupiah saja dan nyebrang pake rakit 4000 pulang pergi. Setelah nyebrang, keliatan Candi yang berdiri kokoh sendirian. Sebelum nyampe di pelataran Candi, kami melewati penjual cinderamata khas kota Garut, salah satunya adalah boneka domba yang jadi ikonnya kota Garut. Selain itu, kami juga harus melewati komplek rumah kampong Pulo.
Berlayar ke Pulau seberang :)
Abis naik getek ini oleh-olehnya dapet jodoh :D

Pintu masuk ke Candi Cangkuang


Rumah ketua Adat Kampung Pulo

Azka
Setelah foto-foto sebentar, kami lanjut ke Candi Cangkuang. Kata bapak pemandu nama Cangkuang sendiri adalah nama desa tersebut, karena Candi itu ditemukan di desa Cangkuang jadilah dinamakan Candi Cangkuang. Setelah foto-foto sebentar, kami menyantap makan siang yang udah dibagiin sebelum masuk candi.

Candi Cangkuang dari kejauhan

Smile :)
salah satu Gunung yang mengelilingi desa Cangkuang
Di jadwal acara, kami di sini sampai selesai sholat dhuhur. Dan setelah adzan dhuhur berkumandang, kami menyebrang pulang untuk melaksanakan sholat di masjid dekat parkiran bus. Garut saat itu terasa panas.

Berlayar pulang
Setelah selesai melaksanakan kewajiban, perjalanan dilanjutkan menuju Cipanas untuk menuju objek selanjutnya, ‘Sabda Alam’. Ada yang “lucu” di sini, hamper seluruh resort yang menyediakan kolam pemandian air panas memakai nama “Alam” di belakang nama resort mereka.
Kami sampai di Sabda Alam sesuai jadwal yang sudah ditentukan, pukul 13.30, di sini acara bebas sampai jam 17.30. Setelah membayar tiket masuk sebesar 40.000, aku dan Azka beserta Mamanya langsung ganti kostum untuk berbasah-basah ria. Di Sabda Alam sendiri sebenarnya resort yang menyediakan waterpark, di waterpark ini ada waterbom, bungee trampoline, terapi ikan, kolam arus, jembatan payung. Dan kayanya ada waterbom yang lagi dalam tahap penyelesaian di sebelah barat, di sana juga ada ember tumpah, goa Harimau dan patung dinosaurus.


Di Sabda Alam
pemandangan di depan Sabda Alam
Air di kolamnya emang anget, Azka langsung betah berendam di kolam, dan pastinya dengan ban renang kesayangannya. Sementara auntynya berburu ban sewaan yang udah ga dipake orang buat naik waterboom. Tapi kali ini ga beruntung, karena setiap liat ban geletak, ternyata ada yang punya. Tapi setelah putus asa, ternyata teh Vina (anak Ibu Ketua Panitia) udah nemu duluan, jadilah aku sama teh Nuy nebeng, hehe…
Wahana pertama yang aku tumpangi ga tau apa namanya tapi mirip speed slide yang ada di Waterbom Jakarta. Tapi yang ada di Sabda Alam ga ada apa-apanya disbanding yang ada di Waterbom Jakarta. Ga bikin nagih juga, karena kurang ‘nantang’.
Wahana kedua aku nyoba bareng teh Vina ga tau juga apa namanya, sebelum meluncur, kami diduruh duduk hadap-hadapan katanya biar imbang, dan setelah siap, si mamang yang jaga muter-muterin ban yang kami naiki sambil meluncur ke bawah. Rasanya cukup membuat berteriak histeris.
Ga puas rasanya kalo ga nyoba semua wahana yang ada, karena penasaran sama terapi ikan akhirnya aku beraniin diri buat nyoba. Rasanya rrr…banget, sebenernya ga sakit tapi geli digigit ikan kecil-kecil itu ampun banget, ga kuat.
Puas mondar mandir sana sini, nemenin Azka berendem sama berenang sebentar sampe akhirnya pecahlah tangisan si Azka yang kayanya pengen udahan. Jadilah aku ikutan ganti baju dilanjut nyari yang anget-anget di kantin.
Selesai menghangatkan diri, aku, Azka dan Mama Azka duduk-duduk cantik dulu di kantin sembari nunggu waktu yang masih lama buat lanjut perjalanan nyari oleh-oleh sambil dengerin Azka ngoceh-ngoceh ganteng.
Sesuai jadwal banget, jam 17.30 bus lanjut perjalanan mengantar para Ibu-Ibu yang mau nyari oleh-oleh, tapi kali ini ada perubahan jalur. Ibu RT pengen nyari yang kulit-kulit, dan akhirnya perjalanan sedikit melenceng menuju Tarogong tempatnya sentra kerajinan kulit. Jalanan cukup padet karena emang ukurannya yang mini kaya jalan di desa.
Sampe di Sukaregang – Tarogong – Cipanas – Garut, Ibu-Ibu dengan hebohnya berburu oleh-oleh yang berbau kulit. Aku bareng sama teh Nuy Cuma nyari makanan aja, dan dapetlah Chocodot, Colat khas Garut yang isinya macem-macem sama Darokdok, kerupuk kulit. Karena waktu berburu Cuma dibatasi setengah jam, akhirnya kami balik ke bus dan pas banget adzan Manghrib berkumandang. Selesai, kami langsung kembali ke tempat duduk masing-masing di dalam bus dan bus melaju menerobos gerimis manis di Cipanas menuju Bandung.
Cerita belum usai, karena di tengah perjalanan ada insiden yang kurang mengenakkan. Ibunya Ibu RT (ga tau siapa namanya, emang udah cukup tua) mendadak masuk angin dan mabuk darat serta ga tahan pup di celana. Perjalanan berhenti selama setengah jam di Pom Bensin Rancaekek setelah Nenek (Ibunya Ibu RT) selesai dengan urusannya dan kembali sehat. Setengah jam kemudian kami sampai di Komplek PU Sapta Taruna Cipagalo dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun, tapi mungkin kehilangan sedikit kesadaran Karena ngantuk dan lelah :).
Terimakasih ibu Ketua Panitia atas acara rekreasinya,
Terimakasih Ibu Seksi Konsumsi nasi kotaknya yang mengenyangkan dan sambelnya yang pas mantab,
Terimakasih bapak RT sumbangan kasnya jadi kami ga bayar uang transport a.k.a bus gratis :)
Terimakasih bapak sopir yang mengantar kami dengan selamat
Tentu yang utama terimakasih Allah SWT yang telah member ijin hingga acaranya berjalan lancar.

Oleh-oleh dari Garut
Ditunggu acara selanjutnya tahun depan dan yang penting ada subsidi lagi, hehe.
Salam jalan-jalan

Senin, 11 November 2013

Berenang

Hello November..!!
Maaf aku telat menyapamu :)

Kalo ngomongin soal Azka, “My Litle Prince” ga akan ada habisnya deh. Baru-baru ini kami punya hobi baru. Berenang. Berawal dari iseng-iseng saat weekend, sekarang berenang udah jadi agenda wajib kami seminggu atau 2 minggu sekali. Mulai dari kolam belakang rumah sampe kolam yang jauh, dari yang air dingin sampe yang air anget, dari yang fasilitas standar sampe yang di atas standar.

Kalo udah masuk area kolam, Azka udah teriak-teriak minta turun ke air, ga peduli air anget atau air dingin. Dengan berbekal pelampung, kaos dalem dan celana kolor, Azka udah siap nyemplung. Tapi ga perlu diceritain bagaimana persiapan Auntynya ya, hehe.

Waktu berenang di Batununggal Indah kemarin Azka sempet tenggelem karena pelampungnya dipinjem Putri. Karena Azka berontak-berontak waktu dipegangin Aunty, jadi deh lepas dan tenggelem sebentar. Mungkin ada air yang masuk ke hidungnya, Azka nangis sejadi-jadinya dan minta udahan berenangnya.

Minggu kemarinpun sebenernya udah punya agenda buat berenang, tapi karena Azka lagi ga enak badan akhirnya acara nyebur-nyeburnya kita cancel dulu. Cepet sembuh ya Ka, besok kita berenang lagi :)


Putri (temen Azka)
Azka botak

Ini waktu di BSC Gombong
Udah 2 jam di air tapi ga mau udahan
Putri waktu di Batununggal Indah


Sabtu, 26 Oktober 2013

R.A.S.A

Begitu banyak hari yang ku lalui
Begitu banyak yang hal ku alami
Tapi taukah kamu, bahwa rasa ini akan tetap ada
Rasa ini akan selalu ada untukmu
Bagaimanapun nantinya aku
Dan bagaimanapun nantinya kamu
Rasa ini hanya untukmu
Walau mungkin tak bisa ku sampaikan
Walau mungkin tak akan pernah ku ungkapkan
Tapi pahamilah sesungguhnya
Aku berharap walau tak bicara
Aku memohon walau tak berlutut
Tapi mungkin inilah bodohnya aku
Selalu berharap semua akan mengerti
Walau aku tak bersuara
Mungkin inilah egoisnya aku
Selalu berharap semua seperti yang kuinginkan
Walau aku tak mengatakan
Namun kamu tak perlu takut,
Biarlah semua mengalir seperti air
Berhembus seperti udara yang menggugurkan daun-daun kering
Seperti itulah aku padamu
Tak ingin kupaksakan mauku
Rasa ini akan tetap ada
Dimanapun kamu sekarang, nanti, dan seterusnya
Dan kamu tak HARUS tau

Senin, 14 Oktober 2013

Malam Minggu di Gasibu

Sabtu, 12 Oktober 2013 aku sama Dian (tetangga kosan) berencana buat jalan-jalan ke Gasibu. Karena dari jalan Cimandiri ke jalan Diponegoro ditutup, akhirnya kami memutuskan buat nongkrong sebentar di sekitaaran jalan Dago buat nyari jagung bakar.

Kami memilih buat mampir di warung depan toko Donatello dan langsung pesan. Ternyata cukup lama juga menunggu pesanan kami diantar, karena pembeli yang cukup ramai. Setelah sekitar setengah jam, akhirnya pesanan siap di santap.

Sambil menikmati jalanan Dago di sabtu malam, kami menimati jagung bakar dan segelas bajigur sampai ludes, karena kami memang belum makan malam. Setelah cukup mengisi perut dengan jagung bakar dan bajigur, kami melanjutkan perjalanan menuju lapangan Gasibu.

Hanya sekitar 10 menit dari Dago, akhirnya kami sampai di Lapangan Gasibu yang malam itu cukup ramai. Seperti sedang berlangsung acara di depan gedung Sate. Kami mengitari lapangan sebentar sambil melihat sekeliling yang cukup. Melihat lapangan gasibu sekarang--malam itu--ada rasa senang dan kecewa bercampur. Senang karena sekarang lapangan Gasibu lebih terawat dan terdapat jogging treck yang tidak becek lagi, sedangkan kecewa karena masih saja ada tangan yang tidak bertanggung jawab dengan membuang sampah sembarangan, padahal sudah cukup tersedia tempat sampah di sudut-sudut lapangan.

Oke, kembali ke acara yang sedang berlangsung di depan Gedung Sate. Ternyata acara tersebut adalah Kemilau Nusantara yang berisi pagelaran seni dari berbagai kabupaten di Jawa Barat dan beberapa provinsi lain di Indonesia. Pantas saja sepanjang jalan Diponegoro menuju Gedung Sate ditutup.

Tidak berlama-lama kami di sini, hanya sebentar menyaksikan beberapa sambutan dari pejabat daerah. Lalu kami memutuskan untuk kembali ke rumah melewati sepanjang jalan Diponegoro menuju arah Jalan Supratman. Suasana jalanan saat itu padat merayap, dikarenakan beberapa bus yang parkir di tepi jalan yang memakan sebagian badan jalan Diponegoro yang sudah sempit serta beberapa kendaraan yang sengaja memperlambat kendaraannya untuk menyaksikan pagelaran tari dari para peserta Kemilau Nusantara kali ini.

Acara yang cukup menghibur dan juga melestarikan kebudayaan daerah. Semoga semakin banyak acara yang mengedepankan kebudayaan daripada kesenangan semata.

Rabu, 02 Oktober 2013

Cerita di Balik Pintu

Ga terasa hari ini tepat hari kedua matahari bersinar di bulan Oktober, dan ini tulisan pertamaku di bulan ini. Bukan hal spesial juga yang bakal aku tulis di sini, masih tentang aku, si ganteng Azka dan tetangga baru kami.

Awal bulan September kemarin, ada tetangga baru namanya Dian. Yups, namanya emang sama kaya nama Ayahnya Azka, tapi Dian yang ini cewe, dia baru lulus SMA. Dia tinggal di sebelah kamar Azka bareng sama Om & Tantenya. Anaknya manis, supple dan cerewet dan dia pinter nyairin suasana walau lagi garing sekalipun. Baru beberapa hari kenal aja udah klik buat ngobrol. Banyak hal yang kita sharing, mulai dari cerita sekolah dia sampe cerita horor di malem Sabtu.

Kita sering ngopi bareng sambil ngobrolin mantan-mantan pacarnya dia yang bisa dibilang jumlahnya cukup fantastis buat anak sekecil dia. Tentang pacarnya yang kelewat sibuk kerja jadi--menurut dia--lupa merhatiin dia. Makan kacang sambil nonton film-film horor yang menurut kita malah lucu bukan nyeremin. Dan sebenernya masih banyak hal lain yang kita kerjain bareng sambil gendong keponakan kita.

Oia, aku juga mau ceritain Azka.
Belum lama ini, Azka ternyata udah bisa jalan walaupun masih agak-agak takut. Dari yang awalnya langsung nangis kalo pegangannya dilepasin pas lagi berdiri, sekarang dia udah berani berdiri sendiri dan maju selangkah-selangkah. Dan yang nyebelin dari Azka semenjak dia bisa jalan, kamar ga pernah rapi. Segala apa yang Azka liat pasti diacak-acak ga peduli Mamanya udah teriak-teriak.

Dan sampe saat ini, yang ga berubah dari Azka adalah, dia tetep eksis kalo liat kamera. Kecil-kecil udah narsis ya :)


Rabu, 04 September 2013

Ciwidey II

Ini cerita jalan-jalan telusur Bandung Selatan kedua saya. Tapi kali ini bukan lagi ditemenin sama si Abang, kali ini bareng sama temen SMA. Sebenernya ini rencana udah dari jaman kapan, tapi baru kelaksana Minggu, 01 September kemarin, itupun jadinya cuma berdua, saya dan Puji.

Karena Puji berangkat dari Karawang, kami janjian ketemuan di terminal Leuwi Panjang, Bandung. Setelah dapet sms dari Puji dia udah sampe Pasir Koja sekitar jam setengah 11, saya langsung meluncur dari kosan Abang ke terminal. Nyampe sana jam 11.45 dan langsung capcus menuju destinasi pertama, Kawah Putih, Ciwidey.

Perjalanan dari Leuwi Panjang ke Ciwidey memakan waktu sekitar 1 setengah jam diselingi macet di Kopo dan istirahat sholat Dhuhur di Masjid Besar Ciwidey. Setelah istirahat sebentar sambil ngelurusin kaki, kami melanjutkan perjalanan sekitar setengah jam sampai di pintu masuk Kawah Putih.

Antean tiket masuk kawah putih cukup panjang, tapi untungnya antrean naik ontang-anting ga terlalu lama. Total harga untuk dua orang saat itu 61.000, dengan rincian tiket masuk 2 @15.000, parkir Cindy 5.000 ontang-anting PP 2 @13.000. Setelah setengah jam naik ontang-anting, akhirnya kami tiba di pintu masuk Kawah. Cuaca saat itu cerah bercahaya, air Kawah berwarna biru susu beda waktu saya ke sini sama Abang. Mungkin waktu ke sini sama Abang, cuaca lagi mendung jadi warnanya lebih ijo.

Saya dan Puji
ini ontang-antingnya
Yang unik di Kawah Putih ini pintu masuk Kawahnya yang kaya di negara Jepang, dan seperti biasa momen-monem seperti ini harus diabadikan.

Pintu masuk kawah

Kawah Putih

Aku bisa terbang :D

Jangan liat pasangan baju ijo & merah (ini ga sengaja lho)

Di tepi Kawah
Setelah cukup puas keliling-keliling di Kawah Putih, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi kedua, Situ Patenggang. Beda sama Kawah Putih yang merupakan kunjungan kedua, ke Situ Patenggang  merupakan kunjungan pertama saya dan berharap semoga ga mengecewakan.

Berdasarkan informasi yang saya dapat dari mbah Google, dari Kawah Putih ke Situ Patenggang memakan waktu sekitar 15 menitan. Dan di sepanjang  perjalanan terbentang kebun teh yang indah, ga lupa kami mampir dulu buat menuh-menuhin file di kamera.



My Lovely Cindy
Perjalanan kami lanjuutkan dan sebelum tiba di pintu masuk Situ Patenggang, ternyata Cindy dehidrasi. Karena ga ada SPBU di sepanjang jalan, maka dengan sedikit terpaksa Cindy harus terima isi ulang dari warung penjual bensin. Sampai di pintu masuk, kami bayar tiket 15.000 dari harga yang saya tau 5.000/orang, padahal bayar parkir lain lagi. Mungkin Cindy diitung bayar juga kalinya.

Dari pintu masuk ke tepi Situ ternyata cukup jauh, dan lagi-lagi pemandangan di sini didominasi oleh kebuh teh.
Situ Patenggang dari atas

Setelah sampai di parkiran, kami langsung menuju penyewaan perahu, karena ingin menikmati Situ Patenggang dengan lebih hikmat, kami memilih perahu kayuh/perahu bebek yang sukses membuat kami berkeringat ria.

Situ Patenggang

Perahu dayung, 10.000/org
 Kalo tau Situ Patenggang, pasti tau dong legenda Batu Cinta,. Di seberang penyewaan perahu ada pulau Asmara tempat batu Cinta. Berdasarkan legenda, Batu Cinta ini tempat dimana bertemunya ki Santang dan Dewi Rengganis. Barang siapa yang menyinggahi Batu Cinta dan mengelilingi Pulau Asmara, maka akan mendapat cinta yang abadi seperti ki Santang dan Dewi Rengganis.



Kami cuma liat-liat batu cinta dari tepi pulau Asmara, dan langsung balik ke tempat penyewaan perahu karena udah sore dan Puji harus balik ke Karawang buat kerja besok pagi. Di perjalanan pulang, kami mampir lagi ke Masjid Besar Ciwidey buat istirahat Sholat Ashar. Dan setelah istirahat kami melanjutkan perjalanan ke terminal Leuwi Panjang nganter Puji nyari bus ke Karawang. Perjalanan pulang terasa lebih lama, karena macet cukup parah di daerah Kopo.

Sekitar jam 7 malem kami sampe di terminal, dan ga nunggu lama akhirnya bus Primajasa jurusan Cikarang (satu-satunya bus Primajasa yang lewat Karawang) keliatan juga. Hari yang melelahkan dan menyenangkan. Next trip kemana lagi ya?

Jumat, 30 Agustus 2013

Dapur Aceh

Ini pengalaman pertama makan di Dapur Aceh yang sebenernya udah kepengen banget makan di sini dari jaman masih tinggal di Cikutra (sekitar akhir tahun 2012). Akhirnya baru kesampean hari Selasa, 27 Agustus 2013 kemaren.

Walaupun sebenernya lumayan jauh dari tempat tinggal yang sekarang, tapi demi menghilangkan rasa penasaran yang terlanjur tumbuh, aku bareng Mama Azka dan Azka nyamperin buat icip-icip ke sana. Sampe di TKP, langsung aja pesen mi Aceh yang udah terkenal sama roti Cane kari kambingnya.


Ga lama setelah pesen, akhirnya mendarat dengan selama Mi Aceh (goreng). Karena beredar kabar kalo porsi di sini cukup lumayan, jadi kami pesen cukup sepiring Mi Aceh dan satu porsi Roti Cane kari Kambing. Ga lama kemudian, menyusul si Roti Cane mendarat di meja. langsung saja sikat habis dengan manis :).

Mi Acehnya

Roti Cane Kari Kambing

Selesai icip-icip, emang bener kata orang-orang tentang Mi Aceh di sini, rasa rempahnya berasa banget Acehnya. Untuk Roti Canenya sih biasa aja rasanya, kaya gorengan tepung gitu, mungkin terlalu garing gorengnya kali ya...Tapi Kari Kambingnya beneran top markotop, gud marsogud :D. Kuahnya kentel, potongan daging kambingnya bener bener beneran alias geday geday. Puas deh!!

Buat yang pengen icip-icip juga, bisa dateng ke Jl. Brigjen Katamso No. 11, dari lampu merah lapangan Supratman belok kanan (Kalo dari arah Kiaracondong).

Segitu aja review Dapur Acehnya, lain waktu kita berburu kuliner ke tempat yang lain.
Salam :)

Kamis, 29 Agustus 2013

'Goodwill' dan Kenangannya

Ini bukan lagi cerita libur lebaran yang terdiri dari beberapa part, tapi ini cerita tentang pertama kalinya balik ke Kota Bandung via Tegal & Cirebon.

Kebetulan perjalanan kali ini selain ada Azka with his Mother, ada juga Efi yang udah pesen kalo mau balik ke Bandung minta ikut bareng. Kami berangkat pagi-pagi dari rumah. Sampe di depan Pegadaian Sumpiuh (tempat nunggu bus ke terminal Purwokerto) sekitar jam 6 pagi, di situ udah ada Efi yang kayanya udah agak lama ya, hehe..maaf ya Ef, saya ngaret lagi. Baru turun dari becak, udah ada aja bus yang ke Purwokerto, jadilah kami langsung naik bus tanpa sempet pamitan yang layak ke Mama sama Ayah, cuma cium tangan singkat dan bye bye. Kalo kata Mama Azka, kepergian kali ini mirip kaya maling, hehe...pergi masih gelap ga pake pamitan pula. Walaupun begitu, aku yakin, doa orang tua selalu menyertai anaknya.

Sekitar satu jam perjalanan dengan kecepatan sedang, akhirnya kami sampe di Terminal Purwokerto yang udah lumayan rame. Karena kami ga mau sampe Bandung kemaleman bahkan kepagian, langsung aja cari-cari bus yang paling cepet berangkat dan akhirnya kami naik bus 'Goodwill' (Baru tau sih ada bus ini, karena selama ini kalo ke Bandung selalu naik yang via Tasikmalaya). Walaupun awalnya nyari bus AC/patas yang ternyata sampe bus ini jalan belum nongol juga.


ini dia penampakannya

Bus meluncur dari terminal Purwokerto sekitar jam 8, ga terlalu lama dibanding bus sebelah yang sampe jam 12 belum beangkat juga. Awalnya semua lancar sampe bus tiba di Bumiayu yang kayanya belum jauh-jauh banget dari Purwokerto, macet parah di sini. Karena bus ga ada AC dan penumpang yang keangkut bejibun, jadilah menciptakan suhu yang luar biasa bikin gerah + ditambah berbagai aroma tubuh dari manusia yang ada. Azka yang kegerahan pun akhirnya mengeluarkan suaranya yang melengking tak beraturan sambil geleat geleot mirip cacing kepanasan.

Sampe akhirnya pelan-pelan bus melaju dan sempet nyerobot jalan untuk lawan arah karena saking sopirnya ga sabar kejebak macet. Macet lagi-lagi terjadi, dan kali ini di Brebes walaupun ga terlalu lama, tapi karena kondisi fisik yang mungkin kurang fit waktu itu (akibat begadang sama Mama) seluruh isi yang ada di lambung pun keluar. Mungkin ini karena kesalahan ambil posisi tempat duduk. Aku duduk terlalu di tengah bus. Kejadian kaya gitu terus berulang ketika mulut di isi oleh apapun, yang ada di pikiran saat itu, kapan istirahat, kapan istirahat karena badan udah lemes banget dan perut mual terus.

Akhirnya setelah nunggu cukup lama, istirahatlah semua penumpang bus di daerah Sumedang. Kepikiran dong, wah...Sumedang nih, sebentar lagi nyampe Bandung. Setelah istirahat sekitar seetengah jam, akhirnya perjuangan dimulai kembali. Bayangan tentang Bandung 3 jam lagi pupus sudah, belum lama keluar dari Rumah makan tempat istirahat tadi, macet panjang sudah menghadang. Karena tubuh semakin lemah akibat dehidrasi karena mabuk darat, akhirnya Efi yang duduk di sebelahku pun jadi bantal untuk menopang kepala yang sudah terlanjur lemah tak berdaya :).

Kapan sampe, kapan sampe, kapan sampe...itu mantra yang terus terucap setelah lihat kemacetan super duper parah di tol Cileunyi. Macet di sini hampir sekitar 3 jam sampe akhirnya kernet bus mengumandangkan suara yang melegakan hati, hehe. Binong..binong..binong. Efi sempet kaget denger kernet teriak Binong, karena sebenernya Efi mau turun di Cibiru yang ternyata udah kelewatan dari tadi. Akhirnya kami berempat (sama Azka) turun di lampu merah Moh. Toha sekitar jam 10 malem trus lanjut naik angkot menuju Binong. Sedangkan Efi melanjutkan perjalanannya ke Cibiru'

Pengalaman naik bus kali ini bener-bener bikin kapok, ga mau naik bus lagi kecuali bareng Ayah. Karena setiap bareng Ayah, seperti ada yang melindungi.(cieelah) dan memang beginilah nasib anak Ayah :)

Rabu, 28 Agustus 2013

Libur Lebaran Part IV : Surpries Cake & Silaturahmi Lebaran

Libur Lebaran banyak Part'nya ya?
Hehe, maklum lah, ini liburan terlama sepanjang sejarah saya kerja di Bandung.

Part kali ini aku mau bahas dua sub pointc--cieelaah :D
Surpries Cake dan Silaturahmi Lebaran.
Oke yang pertama adalah Surpries Cake, Cake untuk ulang tahunku yang ke 21. Ini spesial banget karena yang bikin itu Mba Ifah (si ipar), Iis (adeku) dan Mama. Ga tau idenya dari siapa tapi yang pasti keadaan ngedukung banget buat surprise ini.

Tiba-tiba dapet sms dari Atin, buat dateng ke rumah Yani temen SD dulu. Karena posisi lagi di pasar mencari sesuatu, akhirnya aku jawab iya sebentar lagi, sekarang lagi di pasar. Sampe rumah langsung ngebut ganti baju yang rapian dikit dan meluncur. Waktu mau meluncur ke rumah Yani, tiba-tiba dapet sms lagi kalo TKP pindah ke rumah Eka. Okelah aku dateng ke rumah Eka.

Dari rumah Eka, ngobrol sebentar, salam sama Mamanya trus lanjut ke rumah temen-temen SD lainnya. Pertama ke rumah Agus, berhubung Agusnya ga ada, jadi lanjut ke rumah Kiki yang katanya bulan Oktober besok mau nikah, wah...selamat ya :). Dari rumah Kiki lanjut lagi ke rumah Fajar yang ga jauh dari rumah Kiki. Dari rumah Fajar lanjut ke rumah Esa yg ga jauh juga dari rumah Kiki. Di rumah Esa ketemu sama Agung dan Ujan, ternyata mereka lagi nunggu Esa yang lagi nganterin Mamanya beli lotek. Mungkin hampir setengah jam nunggu Esa, akhirnya dateng juga.

Dari rumah Esa, kami lanjut ke Pantai Karang Pakir, buat liat Sunset. Tapi belum lama di sana, Eka udah di teleponin sama Mamanya, katanya suruh pulang. Karena kasian & Eka juga lagi kurang sehat, akhirnya sebelum sunset uturn, kami pulang nganterin Eka dan lanjut pulang ke rumah masing-masing. Tentu aja ada sesi foto-foto dulu :)




Waktu masuk rumah, ada sedikit rasa curiga karena orang rumah pada senyum-senyum, duduklah aku di ruang tamu sambil icip-icip kue lebaran. Tiba-tiba si Abang dateng bawa balon, kirain mau mainan sama Azka, eh ga taunya itu balon diisi tepung dan dipecahin di atas kepalaku. Ditambahin siraman air aqua dari Atin. Kue yang kapan bikinnya tiba-tiba nongol dengan lilin ala kadarnya, hehe.

Ga penting juga sih sebenernya kue-kue begitu, yang penting itu doa dan kasih dari kalian, orang-orang yang sayang sama aku. Buat semuanya cuma ucapan terimakasih yang luar biasa buat bales kejutan indah ini.

Asli homemade

Keesokan harinya, Setelah ada woro-woro dari Mas Oki kalo Silaturhami yang biasa diadakan oleh rakyat Gapadu setia tahunnya, kali ini jatuh pada tanggal 10 Agustus 2013. Meeting point di SMA Negeri Sumpiuh, SMA tercinta yang punya banyak banget kenangan.







Perjanjian kami kumpul jam 9 pagi, tapi lagi-lagi nunggu semua kumpul itu jam 10. Ada yang lagi mandi, ada yang lagi di jalan, dll. Tapi itulah kami, ga ada yang telat ga lucu. Tujuan pertama adalah rumah Selvy, tadinya Selvy minta jemput sama aku tapi berhubung pas aku berangkat dia baru mandi, jadilah tak tinggal berangkat ke SMA. Lumayan lama duduk-duduk ngadem di rumah Selvy sambil ngledekin Habibi yang katanya lagi ngedeketin adenya Selvy. (Kemaren pas bukber ngecengin adenya Aulia ya, Hmm...)

Abis dari rumah Selvy, kami meluncur menuju rumah Laelata, sambil nyegat Ade Aqso yang katanya nunggu di deket rel kereta api Kuntili. Udah ketemu sama Aqso, lanjut lagi ke rumah laelata. Sampe di rumah Laelata, anak-anak pada buruan parkirin motor, sampe-sampe halaman Laelata penuh sama motor kami. Duduk-duduk lagi sambil minum-minum sirup yang dibikinin Laelata kami ngobrol basa basi dulu sampe ada cerita katanya rumah Efi itu abis kebakaran. Dan akhirnya kami memutuskan buat main ke rumah Efi setelah silaturahmi ke rumah Ibu Guru tercinta, sang wali kelas kami di kelas XII, Ibu Jubaedah.
 

Sebelum ke rumah Bu Guru, kami mapir ke rumah Nunung, lagi-lagi motor kami menuh-menuhin halaman rumah orang :), di sini istirahat sambil Sholat Dhuhur dulu. Dan Foto-foto lah pastinya. Abis semua selesai sholat dan capenya ilang, kami meluncur lagi ke rumah bu Guru.

Sampe di rumah bu guru, kami disambut bagai anak yang udah lama ga ketemu Ibunya, hehe. Sharing-sharing sama bu Guru, ditanya satu-satu gimana kuliahnya, gimana kerjanya. Jadi kangen masa-masa di Sekolah dulu :(. Setelah cukup lama di rumah bu guru, akhirnya kami memutuskan buat langsung menuju rumah Efi. Tapi sebelum ke rumah Efi, isi perut dulu. Warung Baso dan Mi ayam yang ada di Danasri jadi pilihan kami.


Perut sudah kenyang, kami lanjut ke rumah Efi. Di sini istirhat sholat ashar dulu. Kasian Efi, rumahnya abis dilahap si jago merah, tinggal sisa tembok samping dan belakang aja. Sambil duduk di teras rumah mbahnya Efi kami ngobrol-ngobrol lagi dengan pembahasan yang berawal dari A berakhir di P, Pulang. Karena hari udah sore, akhirnya kami memutuskan buat pamit pulang ke Efi dan keluarganya. Semoga diberi ketabahan buat keluarga Efi :)